“cerita diambil dari kisah nyata”
Apakah
anda pernah dikucilkan orang lain,…?? “anda di hina, anda di fitnah, anda di
ejekin, dan anda di maki-maki,….!!” Saya akan mengangkat sebuah kisah, dimana
seseorang pernah merasakan itu semua. Mungkin beberapa dari teman saya
mengetahui kisah ini, karena mungkin seseorang itu gak hanya menceritakan
kepada saya, mungkin langsung saja saya menceritakannya pada anda. Seseorang
ini adalah anak yang lahir dari keluarga sederhana, seseorang ini begitu pedih
penderitaannya dari semasa dia kecil sampai dia dewasa. “Yang menganggap pedih
adalah saya sendiri bukan seseorang ini, karena sungguh, dari seseorang ini
saya dapat belajar banyak tentang hidup”. Sewaktu ketika seseorang ini begitu
lapar karena dia belum makan seharian, waktu itu pula dia ingin memasak, “iyaa,
dia udah terbiasa dari kecil saat ingin makan dia memasak sendiri, jarang orang
tuanya masak-masak di rumah”.
Dia pun
memasak nasi goreng yang mudah baginya untuk di masak, setelah dia selesai
membuat makannya, dia pun biasanya makan di depan Televisi sambil nonton dan
makan baginya itu kenyamanan di saat makan, sesuap satu sendok pun akhirnya dia
telan dengan lahapnya, saat dia ingin melanjutkan suapan sendok yang kedua,
tanpa hitungan detik yang lama nasi goreng yang ada di piring di hadapannya
sudah menjauh darinya, karena dengan secara tiba ayahnya menendang makanan
anaknya, tentu kalian bertanya-tanya alasan ayahnya apa sehingga berbuat
begitu, saat saya bertanya pada seseorang ini, dia pun menjawab “aku lupa
flend, masalahnya itu apa, karena itu terjadi sudah lama tapi kalau gak salah
karena aku gak membawakan kobok’an karena ayah dan ibu lagi mau makan juga,
jadi aku di anggap tak berguna, itu flend”. Begitulah kata dia, sesaat aku berfikir
mengapa ayahnya begitu kejam sampai segitunya menendang rezeki anaknya”.
Saat
itu pula seseorang ini, dengan menahan tetesan air mata yang keluar dari
matanya, sehingga berkaca-kaca, sambil memungut makanannya yang berserakan tak
beraturan dengan piring yang telungkup. Setelah dia membersihkannya, tanpa bias
menahan diri dalam tangisan dia puan pergi ke kamarnya lalu menangis begitu
meringis yang dia redam dengan bantal yang biasanya selalu menemaninya saat
tidur, dalam tangisannya, mungkin sesaat dia berfikir bahwa orang tuanya begitu
kejam terhadapnya. Namun diapun selalu berfikir positif, tanpa memikirkan
perasaannya yang begitu hancur saat itu. Dia pun bertanya kepada Allah dalam
tangisan kelunya itu, “Ya Allah, begitu besarkah UjianMu pada hamba,..??kemudian
di sahutnya dengan Do’a, “Ya Allah, Ampunilah segala Dosa orang tuaku, walaupun
aku disini menangis, bukan karena perbuatan buruk mereka padaku, tapi aku
disini menangis,karena mereka sudah susah payah membesarkanku, Maka Ya Allah,
tunjukkanlah kebesaranMu, Ampunilah segala dosa-dosa mereka, sungguh hamba
begitu mencintai mereka, hamba begitu mencintai mereka Ya Allah, karena mereka
selalu melangkahkan kaki mereka untuk hamba, sedari kecil sampai sekarang. Amin
Ya Robbal’Alamin.
Walau
dalam pedihnya, namun dia selalu ingin menjadi yang terbaik bagi kedua ortunya.
Semasa kecil seseorang ini sudah banyak mendapatkan kepedihan begitu mendalam,
selama dia mendapatkan kepedihan itu, tak seorangpun menemaninya untuk membantu
mengurangi pedihnya. Sewaktu dia kecil tak jarang dia mendapatkan pukulan
sehingga tubuhnya membalar biru, tak jarang dia di maki-maki oleh ayahnya, tak
jarang dia di anggap sebagai anak yang tak berguna bagi orang tuanya. Dia hanya
bisa diam bila di maki, dia hanya bisa diam walau di sahut sebagai anak yang
tak berguna, dan tak jarang dia selalu ingin di usir oleh orang tuanya. Dia
hanya diam bukan karena takut kehidupan diluar yang mungkin bisa membunuhnya,
dia sudah memikirkan itu semua, dia diam hanya saja tak ingin suatu hari nanti
orang tuanya membutuhkannya untuk mengasuh mereka, dan dia diam karena tau
orang tuanya hanya emosi sesaat namun saat dia mungkin benar-benar pergi dari
rumah, dia tau bahwa pastinya orang tuanya akan bersedih karena menyesal telah
mengusir anaknya sendiri, dia tau itu maka dia diam.
Kepedihan
itu berlangsung sampai dia lulus SMA. Lulus SMA sebenarnya dia ingin bekerja
agar orang tuanya tak bekerja, tapi ayahnya menginginkan dia kuliah, dia pun
mematuhinya. Walau Pernah suatu ketika saat seseorang ini bekerja di suatu
tempat yang gajihnya tak seberapa, dia tak begitu mengharapkan gajih yg
berlebih dia hanya ingin sambil dia kuliah di kampus mendapatkan ilmu, dia
ingin mencari ilmu itu diluar dari kampusnya juga. Di tempat kerjanya dia gak
mendapatkan uang makan, jadi di saat waktu makan siang dia selalu pulang ke
rumah untuk makan di rumah seperti biasanya, selang waktu berlalu dia biasanya
kerja tanpa mengenal waktu, jam 9 pagi dia harus berangkat bekerja yang
biasanya kalau ada jam kuliah dia berangkat kerja dengan langsung membawa
sepatu, jadi di saat sudah waktu jam kuliah dia berangkat kuliah begitu terus
kesehariannya dia biasanya kerja hingga malam yang buatnya begitu lelah hingga
di saat dia harus bangun pagi, itu sulit bagi dia, waktu kian berlalu sehingga
suatu ketika orang tuanya marah-marah di saat dia menyantap makan
paginya,”kalau anda ingin tau, di setiap dia menelan rezeki makanan, dia pula
menelan caci maki amarah orang tuanya sedari kecil”. Dan satu kalimat yang buat
dia begitu merasakan kepedihan lagi yaitu “kamu ni, datang ke rumah hanya datang
untuk makan dan tidur”.
Begitu
pedih dia merasakaan omongan pedas dari orang tuanya. Sehingga dia gak melahap
habis makanannya lalu langsung pergi bekerja, di jalan dia hanya bisa diam
sambil mengendarai motornya sesampainya di tempat kerjaannya, ternyata tempat
kerjaannya masih tutup, yang punya belum datang, dia pun menunggu, di saat dia
menunggu dia melihat langgar di depannya, dengan melihat kubah langgar itu,
terpancing hatinya untuk melaksanakan Sholat Duhha, perlahan dia melangkahkan
kaki, lalu sampai, mengambil air Wudhu, kemudian Sholat di dalam langgar
tersebut, saat Raka’at pertama dia masih Khusyuk melaksanakannya, namun pada
saat Raka’at kedua dia mulai tak bisa menahan air mata, mengingat apa yang di
omongkan kedua orang tuanya tadi, sehingga sesampainya sujud terakhir, dia
merasa tak mampu untuk bangkit hanya terus-terusan sujud dengan di iringi isyak
tangisnya sendiri, awalan dia selalu merasa orang tuanya begitu kejam, namun
perasaan benci itu berubah menjadi cinta, karena baginya orang tuanya adalah
segalanya, walau begitu pedih apa yang dia rasakan, dia tak pernah menyalahkan
kedua orang tuanya, sambil sujud dia berdoa “Ya Allah Engkaulah maha segalaNya
bagi hamba, hamba hanya meminta ampunilah segala dosa-dosa kedua orang tua
hamba, dan maafkanlah hamba Ya Allah, bila hamba tak berguna bagi mereka, hamba
terima kepedihan ini dengan Ikhlas Ya Allah, karena hamba tau, kepedihan ini
merupakan ujian dariMu wahai Tuhanku, Amin Ya Robb. Dia pun lalu bangkit dan
menyelesaikan sholatnya, saat dia selesai sholat seorang penjaga langgar yang
lagi bersih-bersih di sana tersenyum pada seseorang ini, entah senyum itu
karena kasihan setelah melihatnya menangis atau karena dia bisa merasakan apa
yang di alami seseorang ini. Wallahu’Allam. Akhirnya dia pun kembali ke tmpat
kerjaannya yang akhirnya sudah buka, dia melanjutkan aktifitasnya seperti
biasa, namun dia tak pernah makan, di saat sampai rumah dia hanya bisa diam
tanpa ada sahut. Bukan diam karena tersakiti, namun diam untuk menyelaraskan
kondisi di rumah. Dan kalian ingin tau seseorang ini 3 hari 4 malam tanpa ada
suapan nasi ke dalam mulutnya, dia hanya minum air putih karena sungguh di saat
itu dia pula lagi tak punya uang sama sekali, dan mengharapkan gajih, itu pun
masih lama dia bisa mendapatkannya sesampainya malam ke empat dia pun
memberanikan diri meminjam uang pada bos di tempat kerjaannya. “kak, saya boleh
gak pinjam uang,.?lalu bosnya bertanya, untuk apa,..!!. jujur kak, saya udah
berapa hari gak makan, karena lagi marahan sama orang tua, tanpa fikir panjang
bosnya lalu memberikan uang padanya, dia pun langsung pula untuk meminta izin
keluar sebentar pergi cari makan di warung. Akhirnya sampai warung dan dia
memesan satu porsi makanan, di saat dia makan dia tersenyum karena dia
memikirkan begitu pedihnya dia harus mendapatkan makanan itu, dia selalu
berfikir panjang, apa yang dia fikirkan itu sampai ke akarnya, namun
pemikirannya selalu positif, tanpa menyalahkan takdir. Dan waktu berlalu orang
tuanya mulai baikan. Dia selalu memberikan yang terbaik bagi ortunya mungkin
walaupun dia kadang menentang orang tuanya, itu karena baik munurutnya, sampai
akhirnya prestasi demi prestasi buat orang tuanya percaya padanya dan tidak
menganggap tidak berguna lagi. Selang waktu berlalu, sesaat dia pergi dan
ketemu temannya di jalan, awalnya temannya baik menanyakan kabar,..dan lainnya,
lalu temannya bersahut “friend, kok dari SMA motormu ini2 aja,..!” seseorang ni
pun tak mampu untuk menjawab, hanya bisa tersenyum karena sindirannya, dia
banyak mendapat hina’an, dia banyak mendapat caci’an tapi dia selalu tersenyum
dan hanya berfikir positif, tanpa ada dendam. Hingga sekarang seseorang ini
menjalani hidup biasanya, di hiasi dengan hina’an, apapun bentuknya.
×Bersambung×
Sesungguhnya,
kita hidup di dunia bukan harus mendapatkan kesenangan, kesenangan itu hanyalah
sesaat di berikan, dan sesungguhnya bila kita menyikapi jalan proses kehidupan
kita, itu dengan hal-hal yang positif itu akan buat kita semakin kuat dan mampu
untuk menapak terjalnya batu karang, seseorang ini tak pernah merasa dia
menderita, kalaupun ada itu hanya fikiran sesaat baginya, lalu di imbangi
dengan fikirannya yang positif sehingga dia semakin bias menerima kepahitan.
Frend2q
semua semoga dari kisah ini kalian bisa mengambil hikmah baiknya dan membuang
apa yang buruk di dalam kisah ini, hehe,..jujur saya menangis saat membuat
cerita ini, bukan aku cengeng, tapi karena aku punya hati ^_^
Tidak ada komentar:
Posting Komentar