dhany linkorn

dhany linkorn
cerita dahulu

Kamis, 29 September 2011

NASEHAT SESEORANG YANG HINA


“cerita diambil dari kisah nyata”

Apakah anda pernah dikucilkan orang lain,…?? “anda di hina, anda di fitnah, anda di ejekin, dan anda di maki-maki,….!!” Saya akan mengangkat sebuah kisah, dimana seseorang pernah merasakan itu semua. Mungkin beberapa dari teman saya mengetahui kisah ini, karena mungkin seseorang itu gak hanya menceritakan kepada saya, mungkin langsung saja saya menceritakannya pada anda. Seseorang ini adalah anak yang lahir dari keluarga sederhana, seseorang ini begitu pedih penderitaannya dari semasa dia kecil sampai dia dewasa. “Yang menganggap pedih adalah saya sendiri bukan seseorang ini, karena sungguh, dari seseorang ini saya dapat belajar banyak tentang hidup”. Sewaktu ketika seseorang ini begitu lapar karena dia belum makan seharian, waktu itu pula dia ingin memasak, “iyaa, dia udah terbiasa dari kecil saat ingin makan dia memasak sendiri, jarang orang tuanya masak-masak di rumah”.
Dia pun memasak nasi goreng yang mudah baginya untuk di masak, setelah dia selesai membuat makannya, dia pun biasanya makan di depan Televisi sambil nonton dan makan baginya itu kenyamanan di saat makan, sesuap satu sendok pun akhirnya dia telan dengan lahapnya, saat dia ingin melanjutkan suapan sendok yang kedua, tanpa hitungan detik yang lama nasi goreng yang ada di piring di hadapannya sudah menjauh darinya, karena dengan secara tiba ayahnya menendang makanan anaknya, tentu kalian bertanya-tanya alasan ayahnya apa sehingga berbuat begitu, saat saya bertanya pada seseorang ini, dia pun menjawab “aku lupa flend, masalahnya itu apa, karena itu terjadi sudah lama tapi kalau gak salah karena aku gak membawakan kobok’an karena ayah dan ibu lagi mau makan juga, jadi aku di anggap tak berguna, itu flend”. Begitulah kata dia, sesaat aku berfikir mengapa ayahnya begitu kejam sampai segitunya menendang rezeki anaknya”.
Saat itu pula seseorang ini, dengan menahan tetesan air mata yang keluar dari matanya, sehingga berkaca-kaca, sambil memungut makanannya yang berserakan tak beraturan dengan piring yang telungkup. Setelah dia membersihkannya, tanpa bias menahan diri dalam tangisan dia puan pergi ke kamarnya lalu menangis begitu meringis yang dia redam dengan bantal yang biasanya selalu menemaninya saat tidur, dalam tangisannya, mungkin sesaat dia berfikir bahwa orang tuanya begitu kejam terhadapnya. Namun diapun selalu berfikir positif, tanpa memikirkan perasaannya yang begitu hancur saat itu. Dia pun bertanya kepada Allah dalam tangisan kelunya itu, “Ya Allah, begitu besarkah UjianMu pada hamba,..??kemudian di sahutnya dengan Do’a, “Ya Allah, Ampunilah segala Dosa orang tuaku, walaupun aku disini menangis, bukan karena perbuatan buruk mereka padaku, tapi aku disini menangis,karena mereka sudah susah payah membesarkanku, Maka Ya Allah, tunjukkanlah kebesaranMu, Ampunilah segala dosa-dosa mereka, sungguh hamba begitu mencintai mereka, hamba begitu mencintai mereka Ya Allah, karena mereka selalu melangkahkan kaki mereka untuk hamba, sedari kecil sampai sekarang. Amin Ya Robbal’Alamin.
Walau dalam pedihnya, namun dia selalu ingin menjadi yang terbaik bagi kedua ortunya. Semasa kecil seseorang ini sudah banyak mendapatkan kepedihan begitu mendalam, selama dia mendapatkan kepedihan itu, tak seorangpun menemaninya untuk membantu mengurangi pedihnya. Sewaktu dia kecil tak jarang dia mendapatkan pukulan sehingga tubuhnya membalar biru, tak jarang dia di maki-maki oleh ayahnya, tak jarang dia di anggap sebagai anak yang tak berguna bagi orang tuanya. Dia hanya bisa diam bila di maki, dia hanya bisa diam walau di sahut sebagai anak yang tak berguna, dan tak jarang dia selalu ingin di usir oleh orang tuanya. Dia hanya diam bukan karena takut kehidupan diluar yang mungkin bisa membunuhnya, dia sudah memikirkan itu semua, dia diam hanya saja tak ingin suatu hari nanti orang tuanya membutuhkannya untuk mengasuh mereka, dan dia diam karena tau orang tuanya hanya emosi sesaat namun saat dia mungkin benar-benar pergi dari rumah, dia tau bahwa pastinya orang tuanya akan bersedih karena menyesal telah mengusir anaknya sendiri, dia tau itu maka dia diam.
Kepedihan itu berlangsung sampai dia lulus SMA. Lulus SMA sebenarnya dia ingin bekerja agar orang tuanya tak bekerja, tapi ayahnya menginginkan dia kuliah, dia pun mematuhinya. Walau Pernah suatu ketika saat seseorang ini bekerja di suatu tempat yang gajihnya tak seberapa, dia tak begitu mengharapkan gajih yg berlebih dia hanya ingin sambil dia kuliah di kampus mendapatkan ilmu, dia ingin mencari ilmu itu diluar dari kampusnya juga. Di tempat kerjanya dia gak mendapatkan uang makan, jadi di saat waktu makan siang dia selalu pulang ke rumah untuk makan di rumah seperti biasanya, selang waktu berlalu dia biasanya kerja tanpa mengenal waktu, jam 9 pagi dia harus berangkat bekerja yang biasanya kalau ada jam kuliah dia berangkat kerja dengan langsung membawa sepatu, jadi di saat sudah waktu jam kuliah dia berangkat kuliah begitu terus kesehariannya dia biasanya kerja hingga malam yang buatnya begitu lelah hingga di saat dia harus bangun pagi, itu sulit bagi dia, waktu kian berlalu sehingga suatu ketika orang tuanya marah-marah di saat dia menyantap makan paginya,”kalau anda ingin tau, di setiap dia menelan rezeki makanan, dia pula menelan caci maki amarah orang tuanya sedari kecil”. Dan satu kalimat yang buat dia begitu merasakan kepedihan lagi yaitu “kamu ni, datang ke rumah hanya datang untuk makan dan tidur”.
Begitu pedih dia merasakaan omongan pedas dari orang tuanya. Sehingga dia gak melahap habis makanannya lalu langsung pergi bekerja, di jalan dia hanya bisa diam sambil mengendarai motornya sesampainya di tempat kerjaannya, ternyata tempat kerjaannya masih tutup, yang punya belum datang, dia pun menunggu, di saat dia menunggu dia melihat langgar di depannya, dengan melihat kubah langgar itu, terpancing hatinya untuk melaksanakan Sholat Duhha, perlahan dia melangkahkan kaki, lalu sampai, mengambil air Wudhu, kemudian Sholat di dalam langgar tersebut, saat Raka’at pertama dia masih Khusyuk melaksanakannya, namun pada saat Raka’at kedua dia mulai tak bisa menahan air mata, mengingat apa yang di omongkan kedua orang tuanya tadi, sehingga sesampainya sujud terakhir, dia merasa tak mampu untuk bangkit hanya terus-terusan sujud dengan di iringi isyak tangisnya sendiri, awalan dia selalu merasa orang tuanya begitu kejam, namun perasaan benci itu berubah menjadi cinta, karena baginya orang tuanya adalah segalanya, walau begitu pedih apa yang dia rasakan, dia tak pernah menyalahkan kedua orang tuanya, sambil sujud dia berdoa “Ya Allah Engkaulah maha segalaNya bagi hamba, hamba hanya meminta ampunilah segala dosa-dosa kedua orang tua hamba, dan maafkanlah hamba Ya Allah, bila hamba tak berguna bagi mereka, hamba terima kepedihan ini dengan Ikhlas Ya Allah, karena hamba tau, kepedihan ini merupakan ujian dariMu wahai Tuhanku, Amin Ya Robb. Dia pun lalu bangkit dan menyelesaikan sholatnya, saat dia selesai sholat seorang penjaga langgar yang lagi bersih-bersih di sana tersenyum pada seseorang ini, entah senyum itu karena kasihan setelah melihatnya menangis atau karena dia bisa merasakan apa yang di alami seseorang ini. Wallahu’Allam. Akhirnya dia pun kembali ke tmpat kerjaannya yang akhirnya sudah buka, dia melanjutkan aktifitasnya seperti biasa, namun dia tak pernah makan, di saat sampai rumah dia hanya bisa diam tanpa ada sahut. Bukan diam karena tersakiti, namun diam untuk menyelaraskan kondisi di rumah. Dan kalian ingin tau seseorang ini 3 hari 4 malam tanpa ada suapan nasi ke dalam mulutnya, dia hanya minum air putih karena sungguh di saat itu dia pula lagi tak punya uang sama sekali, dan mengharapkan gajih, itu pun masih lama dia bisa mendapatkannya sesampainya malam ke empat dia pun memberanikan diri meminjam uang pada bos di tempat kerjaannya. “kak, saya boleh gak pinjam uang,.?lalu bosnya bertanya, untuk apa,..!!. jujur kak, saya udah berapa hari gak makan, karena lagi marahan sama orang tua, tanpa fikir panjang bosnya lalu memberikan uang padanya, dia pun langsung pula untuk meminta izin keluar sebentar pergi cari makan di warung. Akhirnya sampai warung dan dia memesan satu porsi makanan, di saat dia makan dia tersenyum karena dia memikirkan begitu pedihnya dia harus mendapatkan makanan itu, dia selalu berfikir panjang, apa yang dia fikirkan itu sampai ke akarnya, namun pemikirannya selalu positif, tanpa menyalahkan takdir. Dan waktu berlalu orang tuanya mulai baikan. Dia selalu memberikan yang terbaik bagi ortunya mungkin walaupun dia kadang menentang orang tuanya, itu karena baik munurutnya, sampai akhirnya prestasi demi prestasi buat orang tuanya percaya padanya dan tidak menganggap tidak berguna lagi. Selang waktu berlalu, sesaat dia pergi dan ketemu temannya di jalan, awalnya temannya baik menanyakan kabar,..dan lainnya, lalu temannya bersahut “friend, kok dari SMA motormu ini2 aja,..!” seseorang ni pun tak mampu untuk menjawab, hanya bisa tersenyum karena sindirannya, dia banyak mendapat hina’an, dia banyak mendapat caci’an tapi dia selalu tersenyum dan hanya berfikir positif, tanpa ada dendam. Hingga sekarang seseorang ini menjalani hidup biasanya, di hiasi dengan hina’an, apapun bentuknya.
×Bersambung×

Sesungguhnya, kita hidup di dunia bukan harus mendapatkan kesenangan, kesenangan itu hanyalah sesaat di berikan, dan sesungguhnya bila kita menyikapi jalan proses kehidupan kita, itu dengan hal-hal yang positif itu akan buat kita semakin kuat dan mampu untuk menapak terjalnya batu karang, seseorang ini tak pernah merasa dia menderita, kalaupun ada itu hanya fikiran sesaat baginya, lalu di imbangi dengan fikirannya yang positif sehingga dia semakin bias menerima kepahitan.
Frend2q semua semoga dari kisah ini kalian bisa mengambil hikmah baiknya dan membuang apa yang buruk di dalam kisah ini, hehe,..jujur saya menangis saat membuat cerita ini, bukan aku cengeng, tapi karena aku punya hati ^_^